Ekonomi
Beranda / Ekonomi / Sri Mulyani: Indonesia Butuh Investasi Rp7.500 Triliun untuk Capai Pertumbuhan Ekonomi 5,8% di 2026

Sri Mulyani: Indonesia Butuh Investasi Rp7.500 Triliun untuk Capai Pertumbuhan Ekonomi 5,8% di 2026

Sri Mulyani
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan pemaparan pada konferensi pers APBN KiTa di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (23/5/2025).


TIZENESIA.COM – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa Indonesia membutuhkan suntikan dana investasi sebesar Rp7.500 triliun pada 2026 untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,2%-5,8%. Pernyataan ini disampaikan dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-21 Masa Persidangan IV 2024-2025, sebagai bagian dari penyusunan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) Tahun 2026.

Investasi Jadi Penggerak Utama

Sri Mulyani menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi tinggi mustahil tercapai tanpa peningkatan signifikan dalam investasi.

  • Target pertumbuhan investasi: 5,9% year-on-year.
  • Kontribusi investasi terhadap PDB: 30%.
  • Sektor prioritas: Proyek strategis bernilai tambah tinggi, dengan dukungan BPI Danantara (Dana Kekayaan Negara) untuk menarik investor domestik dan asing.

“Tanpa investasi baru senilai minimal Rp7.500 triliun, target pertumbuhan sulit tercapai,” tegasnya.

Konsumsi Rumah Tangga Harus Tumbuh 5,5%

Selain investasi, Sri Mulyani menyoroti pentingnya konsumsi rumah tangga sebagai penopang 55% PDB nasional. Untuk mendorongnya, pemerintah harus:

  1. Menciptakan lapangan kerja untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
  2. Menjaga daya beli melalui stabilisasi harga (inflasi rendah) dan intervensi di sektor pangan/energi.
  3. Kolaborasi dengan sektor swasta sebagai motor pertumbuhan.

“Konsumsi dan investasi bersama-sama menyumbang 85% perekonomian. Ini jadi kunci,” jelasnya.

Tantangan dan Strategi

Di tengah ketidakpastian global, Sri Mulyani mengakui perlunya upaya ekstra untuk:

  • Memperkuat iklim investasi melalui kepemimpinan Menteri Investasi/BKPM Rosan Roeslani.
  • Fokus pada hilirisasi dan proyek bernilai tambah tinggi.
  • Sinergi kebijakan fiskal dengan dukungan moneter.

Dengan komitmen pada investasi dan konsumsi, pemerintah optimistis target pertumbuhan 2026 tercapai. Namun, kerja keras seluruh pemangku kepentingan mutlak diperlukan untuk mewujudkannya.