TIZENESIA.COM – Program uji klinis vaksin TBC yang didanai The Gates Foundation mencuat setelah pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Bill Gates pada 7 Mei 2025. Proyek ini bertujuan mengembangkan vaksin baru untuk melawan tuberkulosis (TBC), penyakit yang menyebabkan sekitar 100.000 kematian per tahun di Indonesia. Namun, program ini memicu polemik di media sosial, dengan sejumlah warganet menyebut warga Indonesia dijadikan “kelinci percobaan”.
Respons Pemerintah
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membantah tuduhan tersebut, menegaskan bahwa vaksin yang diuji “secara sains, terbukti aman”. Ia menjelaskan bahwa uji klinis telah melalui tahapan ketat, termasuk pengawasan WHO, BPOM, dan Kementerian Kesehatan.
Proses Uji Klinis
Uji klinis vaksin M72/AS01E telah dimulai sejak September 2024 dengan melibatkan 2.095 peserta dari Indonesia (total global: 20.081 orang). Proses ini melibatkan beberapa institusi, antara lain:
- RSUP Persahabatan
- Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran & Universitas Indonesia
- Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Tahapan uji klinis meliputi:
- Fase Pra-Klinis: Pengujian pada hewan.
- Fase 1: Uji keamanan pada 20-50 orang.
- Fase 2: Uji efektivitas pada 200-300 orang.
- Fase 3: Uji skala besar di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Manfaat bagi Indonesia
Menurut Budi Gunadi Sadikin, keikutsertaan Indonesia memberikan beberapa keuntungan:
- Mengetahui kecocokan vaksin dengan genetik lokal.
- Mempelajari teknologi vaksin melalui universitas terlibat.
- Meningkatkan daya tawar produksi vaksin di Bio Farma.
Urgensi Vaksin TBC Baru
Dr. Tjandra Yoga Aditama, pakar paru, menjelaskan bahwa vaksin BCG yang ada saat ini hanya efektif untuk anak-anak. Sementara itu, Erlina Burhan (Guru Besar FKUI) menyebut Indonesia mencatat 1 juta kasus TBC per tahun, dengan 125.000 kematian.
Tantangan Selain Vaksinasi
Ike Ni’mah Tatimu (Koordinator Pencegahan TBC Jakarta Utara) menyoroti stigma sosial yang menghambat penanganan TBC. Keluarga pasien sering enggan melapor karena takut dikucilkan, sehingga upaya pencegahan seperti Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) sulit dijalankan.
Pakar Minta Transparansi
Agar publik menerima program ini, Tjandra Yoga Aditama menekankan pentingnya keterbukaan dari pemerintah, peneliti, dan ahli. Sementara Olivia Herlinda (CISDI) menyarankan penguatan regulasi dan sistem surveilans efek samping untuk memastikan akuntabilitas.
Uji klinis vaksin TBC di Indonesia membawa potensi besar untuk pengendalian penyakit, namun perlu komunikasi yang jelas untuk menghilangkan kekhawatiran masyarakat. Dengan transparansi dan pengawasan ketat, program ini bisa menjadi langkah maju dalam memerangi TBC.
Sumber: BBC News Indonesia, Antara, Tempo.