News
Beranda / News / Permintaan Maaf Hercules ke Sutiyoso: Sebuah Langkah Rekonsiliasi

Permintaan Maaf Hercules ke Sutiyoso: Sebuah Langkah Rekonsiliasi

Hercules Temui Sutiyoso
Hercules Akhirnya Temui Sutiyoso, Sampaikan Permintaan Maaf Usai Sempat Lontarkan Mulut Bau Tanah

TIZENESIA.COM – Ketua Umum GRIB, Jaya Rosario de Marshall, atau yang lebih dikenal dengan nama Hercules, melakukan kunjungan istimewa ke kediaman eks Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso di kawasan Cibubur, Kota Bekasi, pada Rabu (tanggal). Kunjungan ini bertujuan untuk menyampaikan permintaan maaf atas ucapannya yang sempat menyinggung Sutiyoso beberapa waktu lalu.

Kejadian yang Memicu Permintaan Maaf

Sebelumnya, Hercules sempat membuat pernyataan kontroversial dengan menyebut Sutiyoso sebagai “orang tua yang sudah bau tanah” dalam respons terhadap dukungan Sutiyoso terhadap wacana revisi UU Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas). Ucapan tersebut menuai reaksi keras, dan Hercules merasa perlu untuk menyampaikan permintaan maaf secara langsung.

“Permintaan maaf ini saya sampaikan karena saya anggap Bapak Sutiyoso seperti bapak saya sendiri,” ujar Hercules dalam pertemuan tersebut. Ia juga menegaskan, “Kami dididik oleh bapak-bapak dari baret merah, diajarkan tentang kesetiaan dan loyalitas.”

Simbol Adat Timor Leste

Sebagai bentuk permintaan maaf yang lebih dalam, Hercules membawa kain Timor sebagai simbol adat Timor Leste. Tindakan ini menunjukkan bahwa permintaan maafnya bukan sekadar ucapan, tetapi juga penghormatan terhadap budaya dan tradisi. Sutiyoso menerima kain tersebut dengan baik dan terlihat sangat menghargai niat Hercules.

Dalam foto yang diterima redaksi, Hercules tampak menggenggam erat tangan Sutiyoso dan mencium tangan sang eks Gubernur sebagai tanda penyesalan dan permohonan maaf yang tulus.

Reaksi Sutiyoso: Menyinggung Sejarah Perjuangan

Sutiyoso, yang dikenal dengan sapaan akrab “Bang Yos”, menyambut permintaan maaf Hercules dengan bijaksana. Dalam pertemuan tersebut, ia mengenang hubungan emosional yang kuat antara dirinya dengan anggota Kopassus, termasuk Hercules. Sutiyoso mengungkapkan bahwa hubungan tersebut terbangun bukan karena kedekatan yang didasari kemesraan, melainkan melalui perjuangan dan pengorbanan darah di medan perang.

“Saya ingin mengingatkan bahwa hubungan kami dibangun melalui perjuangan berdarah-darah, bukan sekadar kesenangan atau mesra-mesraan. Itu adalah bagian dari sejarah yang tak bisa kami lupakan,” ujar Sutiyoso.

Latar Belakang Konflik: Wacana Revisi UU Ormas

Ketegangan antara Hercules dan Sutiyoso bermula ketika Sutiyoso menyuarakan dukungannya terhadap revisi UU Ormas, yang salah satunya bertujuan untuk mengevaluasi ormas dari sikap hingga penampilan mereka. Menurut Sutiyoso, ada ormas yang tampil dengan pakaian yang terkesan lebih mirip tentara daripada tentara itu sendiri.

“Saya sangat mendukung Pak Tito (Mendagri) dalam upaya merevisi UU Ormas. Kita perlu mengevaluasi ormas bukan hanya dari tingkah laku, tetapi juga dari cara berpakaian mereka. Ada ormas yang penampilannya lebih seperti tentara daripada tentara itu sendiri,” katanya waktu itu.

Pernyataan ini disambut dengan kecaman dari Hercules yang merasa bahwa Sutiyoso telah menghina ormas dan menyuruhnya untuk tidak mencampuri urusan mereka. Hercules pun membalas dengan mengatakan, “Sudahlah Pak Sutiyoso, mulutmu sudah bau tanah, jangan menyebut-nyebut ormas.”

Langkah Rekonsiliasi

Meskipun awalnya hubungan mereka sempat memanas, pertemuan antara Hercules dan Sutiyoso kali ini menunjukkan adanya upaya rekonsiliasi. Hercules tidak hanya meminta maaf kepada Sutiyoso, tetapi juga kepada keluarga besar Sutiyoso, termasuk istri, anak, dan cucu.

Dalam suasana yang lebih tenang, keduanya sepakat untuk menutup babak perselisihan ini. Hubungan yang dulunya dipenuhi ketegangan kini berlanjut dengan penuh saling pengertian dan respek, mengingat sejarah perjuangan bersama di masa lalu.


Dengan langkah ini, baik Hercules maupun Sutiyoso menunjukkan pentingnya komunikasi dan saling menghormati meski memiliki perbedaan pendapat. Semoga permintaan maaf dan rekonsiliasi ini dapat menjadi contoh bagi banyak pihak dalam menyelesaikan perbedaan dengan cara yang damai dan penuh kedewasaan.