TIZENESIA.COM – Media massa kini memasuki fase baru di mana algoritma dan kecerdasan buatan (AI) mulai mengambil alih tugas-tugas jurnalistik. Beberapa perusahaan berita sudah menggunakan AI untuk menulis laporan cuaca, berita keuangan, atau bahkan lipatan olahraga. Namun, ketika robot menjadi “reporter”, pertanyaan penting muncul: Apa yang sebenarnya hilang dari berita kita?
Apakah kehadiran AI dalam jurnalisme hanya sekadar efisiensi, atau justru menggerus esensi dari pemberitaan itu sendiri?
1. Kecepatan vs. Kedalaman: Ketika Berita Jadi Produk Instan
AI mampu menghasilkan ratusan berita dalam hitungan detik. Tools seperti ChatGPT, Automated Insights, atau Google’s Genesis bisa mengolah data mentah menjadi artikel dalam sekejap. Namun, berita yang dihasilkan sering kali:
- Datar dan tanpa konteks – AI tidak memahami nuansa sosial, politik, atau budaya di balik sebuah peristiwa.
- Minim investigasi – Tidak ada wawancara mendalam, tidak ada verifikasi lapangan, hanya data yang diolah statis.
- Rentan bias algoritmik – Jika data inputnya bermasalah, beritanya pun bisa menyesatkan.
Yang hilang: Kedalaman analisis, reportase investigatif, dan kemampuan melihat “di balik fakta”.
2. Empati dan Narasi Manusia: Bisakah AI Menangkap Rasa Duka atau Sukacita?
Seorang wartawan yang meliput bencana alam tidak hanya menulis fakta—tapi juga menggambarkan kepiluan korban, keberanian relawan, atau kemarahan masyarakat yang terabaikan. AI mungkin bisa menulis:
“Gempa 6,5 SR mengguncang Jawa Barat, 50 orang tewas.”
Tapi bisakah AI menulis seperti ini?
“Mayat anak kecil itu masih tergenggam erat di tangan ibunya. Mereka tewas tertimbun reruntuhan, sementara bau anyir tanah basah bercampur tangis warga memenuhi udara.”
Yang hilang: Narasi manusiawi, empati, dan kemampuan menyampaikan cerita yang menyentuh hati.
3. Tanggung Jawab vs. Anonimitas: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Berita AI?
Ketika sebuah berita ditulis manusia, ada nama penulisnya—seorang jurnalis yang siap dimintai pertanggungjawaban. Tapi jika berita itu dibuat AI:
- Siapa yang bertanggung jawab jika ada kesalahan?
- Bagaimana jika AI menyebarkan misinformasi tanpa disadari?
- Apakah redaksi hanya akan menyalahkan ‘error sistem’?
Di sini, akuntabilitas jurnalistik menjadi kabur.
Yang hilang: Pertanggungjawaban moral dan etika dalam pemberitaan.
4. Clickbait dan Sensasionalisme: Ketika AI Hanya Mengejar Engagement
AI bisa dimanfaatkan untuk membuat judul-judul bombastis yang memancing klik. Media online sudah banyak yang menggunakan algoritma untuk memilih kata-kata yang paling “viral”. Akibatnya:
- Berita jadi lebih sensasional daripada informatif.
- Kebenaran dikorbankan demi traffic.
- Pembaca dibombardir konten dangkal yang hanya mengejar tren.
Yang hilang: Nilai jurnalisme yang seimbang, berimbang, dan berintegritas.
5. Masa Depan Jurnalisme: Bisakah Manusia dan AI Berkolaborasi?
AI seharusnya bukan pengganti, melainkan alat bantu. Beberapa cara agar kolaborasi ini bisa berjalan:
- AI untuk otomatisasi berita rutin (laporan saham, cuaca, hasil pertandingan).
- Wartawan fokus pada investigasi, feature, dan analisis mendalam.
- Media harus transparan: kapan suatu berita ditulis AI dan kapan oleh manusia.
Tanpa kendali manusia, AI hanya akan menghasilkan berita cepat, tapi hampa.
Kesimpulan: Jangan Biarkan Berita Kehilangan “Jiwa”-nya
Ketika robot jadi reporter, yang hilang bukan hanya pekerjaan wartawan, tapi juga ruh dari jurnalisme itu sendiri—empati, keberpihakan pada kebenaran, dan keberanian menyuarakan yang tak terlihat.
AI bisa menjadi alat yang powerful, tapi tanpa hati nurani manusia, berita kita hanya akan jadi kumpulan data dingin yang tak punya makna.
Pertanyaan untuk kita semua:
Jika nanti semua berita ditulis robot, akankah kita masih percaya pada apa yang kita baca?
Penulis: Ibnu Huzair
Referensi:
Broussard, M. (2018). Artificial Unintelligence: How Computers Misunderstand the World. MIT Press.
Claussen, D. S. (2020). The Ethics of Automated Journalism. Routledge.
Diakopoulos, N. (2019). Automating the News: How Algorithms Are Rewriting the Media. Harvard University Press.
Graefe, A. (2016). Guide to Automated Journalism. Columbia Journalism Review.
Lewis, S. C., et al. (2019). Human-Machine Communication in Journalism. Digital Journalism.

